Aku Yakin Bahwa Rezekiku Tidak Akan Dimakan Oleh Orang Lain, Maka Tenanglah Hatiku
Keyakinan bahwa rezeki telah diatur oleh Allah dan tidak akan dimakan oleh orang lain merupakan salah satu bentuk tawakal yang mendalam. Pernyataan ini menggambarkan keimanan yang kuat terhadap ketetapan Allah dan peran-Nya sebagai Maha Pemberi Rezeki. Ketika seseorang meyakini bahwa rezekinya sudah ditentukan dan tidak akan berpindah ke orang lain, ia akan merasa tenang dan terbebas dari rasa iri, dengki, dan kecemasan.
Rezeki Sudah Ditentukan oleh Allah
Dalam Islam, rezeki adalah salah satu perkara yang telah ditentukan oleh Allah sejak sebelum kita dilahirkan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya salah seorang dari kalian ditiupkan ruh padanya, dan ditentukan empat perkara: amalannya, ajalnya, rezekinya, dan nasib baik atau buruknya."
Keyakinan ini memberikan kekuatan kepada seorang mukmin untuk tidak terlalu khawatir tentang urusan duniawi, karena ia percaya bahwa apapun yang menjadi haknya, tidak akan bisa diambil oleh orang lain. Allah berfirman dalam Surah Al-Mulk (67:15), "Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan."
Ketenangan Hati dalam Keimanan
Saat seseorang meyakini bahwa rezekinya tidak akan berpindah tangan, hatinya menjadi tenang. Ketidakpastian rezeki sering kali menjadi salah satu sumber kecemasan terbesar dalam hidup manusia. Namun, keyakinan bahwa Allah sudah menetapkan rezeki bagi setiap hamba-Nya menjadi obat penenang bagi hati yang gelisah. Tidak ada gunanya merasa cemas atau iri terhadap rezeki orang lain, karena setiap orang telah ditentukan bagian rezekinya masing-masing.
Ketenangan hati yang muncul dari keyakinan ini juga membuat seseorang lebih fokus pada usahanya untuk mendapatkan rezeki dengan cara yang halal dan diberkahi. Sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Ibnu Majah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepadamu sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung, yang pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali di sore hari dalam keadaan kenyang."
Bebas dari Rasa Iri dan Dengki
Keyakinan bahwa rezeki tidak akan tertukar dengan milik orang lain juga menjauhkan seseorang dari perasaan iri dan dengki. Dua penyakit hati ini sering muncul ketika seseorang merasa bahwa rezeki orang lain lebih baik atau lebih banyak dari miliknya. Namun, jika seseorang yakin bahwa setiap rezeki sudah ditetapkan oleh Allah, ia akan lebih mudah menerima bagian rezekinya dengan ikhlas dan penuh syukur.
Perasaan iri terhadap rezeki orang lain sebenarnya adalah bentuk ketidakpuasan terhadap takdir Allah. Hal ini bertentangan dengan ajaran Islam yang menganjurkan umatnya untuk selalu bersyukur dan ridha dengan apa yang telah Allah tetapkan. Dalam Surah Ibrahim (14:7), Allah berfirman, "Jika kamu bersyukur, niscaya akan Kutambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
Usaha dan Tawakal
Keyakinan bahwa rezeki tidak akan berpindah tangan bukan berarti seseorang boleh bermalas-malasan dan meninggalkan usaha. Islam mengajarkan keseimbangan antara usaha (ikhtiar) dan tawakal. Seseorang tetap diwajibkan untuk berusaha sebaik mungkin dalam mencari rezeki, namun ia harus yakin bahwa hasil akhirnya berada di tangan Allah. Tawakal bukanlah berarti pasrah tanpa usaha, tetapi meletakkan kepercayaan penuh kepada Allah setelah berikhtiar dengan sungguh-sungguh.
Allah berfirman dalam Surah At-Talaq (65:3), "Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu."
Kesimpulan
Keyakinan bahwa rezeki tidak akan dimakan oleh orang lain adalah salah satu bentuk tawakal yang memberikan ketenangan hati. Dengan keyakinan ini, seseorang tidak lagi merasa cemas atau iri terhadap rezeki orang lain, melainkan fokus pada usahanya sendiri dan bersyukur atas apa yang telah Allah tetapkan. Rezeki telah diatur oleh Allah sejak awal, dan tidak ada seorang pun yang dapat mengambilnya selain diri kita sendiri. Sebagai seorang mukmin, kita harus tetap berusaha, namun selalu percaya bahwa hasilnya ada di tangan Allah. Tawakal yang benar akan menghasilkan ketenangan hati, keberkahan dalam rezeki, dan kebahagiaan dalam hidup.