Energi Surat Al-Maidah: Hawa Nafsu Atau Syariat?
Surat Al-Maidah merupakan salah satu surat dalam Al-Qur'an yang mengandung banyak pelajaran penting bagi umat Islam. Surat ini mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk hukum-hukum syariat yang harus dijalankan oleh umat Islam. Salah satu ayat yang sangat relevan untuk dibahas adalah mengenai bagaimana seorang mukmin seharusnya menjalani hidup berdasarkan syariat, bukan semata-mata mengikuti hawa nafsu atau asas manfaat.
Mukmin dan Standar Hidup: Halal dan Haram
Dalam Islam, kehidupan seorang mukmin diatur oleh hukum-hukum syariat yang jelas membedakan antara yang halal dan haram. Standar ini tidak hanya berlaku dalam ibadah, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari makanan yang dikonsumsi, cara berbisnis, hingga pergaulan sosial.
Al-Maidah ayat 3 menyatakan dengan tegas:
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala."
Ayat ini menegaskan pentingnya memilih yang halal dan menjauhi yang haram sebagai bagian dari kepatuhan terhadap syariat. Mukmin harus memiliki kesadaran yang tinggi terhadap hukum ini dalam setiap aspek kehidupannya, bukan hanya sekadar mengikuti apa yang dianggap bermanfaat atau menguntungkan tanpa mempedulikan syariat.
Hawa Nafsu vs. Syariat
Hawa nafsu sering kali membawa manusia pada tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama. Ia cenderung mengarahkan seseorang untuk mencari kesenangan sesaat dan manfaat duniawi tanpa mempertimbangkan akibat jangka panjang dan hukumnya di mata Allah.
Syariat Islam, sebaliknya, memberikan panduan yang jelas dan tegas mengenai apa yang diperbolehkan (halal) dan apa yang dilarang (haram). Mematuhi syariat berarti menundukkan hawa nafsu di bawah aturan-aturan Allah yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat.
Surat Al-Maidah mengajarkan bahwa seorang mukmin harus memiliki komitmen yang kuat untuk menjalankan syariat Islam, sekalipun itu bertentangan dengan keinginan pribadi atau hawa nafsunya. Ini adalah bagian dari ujian iman, di mana seseorang diuji sejauh mana ia mampu mengorbankan keinginan pribadi demi menaati perintah Allah.
Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Mengimplementasikan ajaran Surat Al-Maidah dalam kehidupan sehari-hari berarti selalu mempertimbangkan halal dan haram dalam setiap tindakan. Misalnya, dalam berbisnis, seorang mukmin harus memastikan bahwa usahanya tidak melibatkan riba, penipuan, atau praktik-praktik tidak etis lainnya. Dalam konsumsi makanan, harus dipastikan bahwa yang dikonsumsi adalah makanan yang halal dan baik (thayyib).
Lebih jauh lagi, dalam pergaulan sosial, seorang mukmin harus menjauhi ghibah (menggunjing), fitnah, dan perbuatan lainnya yang merusak hubungan sosial dan bertentangan dengan ajaran Islam.
Kesimpulan
Surat Al-Maidah memberikan panduan yang sangat jelas mengenai bagaimana seorang mukmin harus menjalani hidupnya berdasarkan syariat, bukan hanya asas manfaat atau hawa nafsu. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam ketaatan total kepada Allah, mengutamakan apa yang halal dan menjauhi yang haram dalam segala aspek kehidupan. Dengan demikian, seorang mukmin tidak hanya mencapai kebahagiaan duniawi tetapi juga meraih keridhaan dan ganjaran di akhirat.