Jangan Pernah Menjadi Orang Yang Merasa Tahu Dengan Hukum
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering bertemu dengan individu yang merasa tahu segala sesuatu tentang hukum, baik itu hukum agama maupun hukum negara. Sikap merasa tahu dengan hukum ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi individu tersebut maupun bagi masyarakat secara keseluruhan. Artikel ini akan membahas mengapa kita sebaiknya tidak menjadi orang yang merasa tahu dengan hukum dan bagaimana sikap yang tepat dalam menyikapi hukum.
Pentingnya Kerendahan Hati dalam Memahami Hukum
1. Keterbatasan Pengetahuan Manusia
Manusia adalah makhluk yang terbatas dalam hal pengetahuan. Hukum, baik itu hukum agama (syariah) maupun hukum positif (hukum negara), memiliki kompleksitas dan kedalaman yang seringkali membutuhkan kajian dan pemahaman yang mendalam. Imam Syafi'i pernah berkata, "Ilmu itu adalah apa yang bermanfaat, bukan apa yang hanya dihafal." Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa pemahaman kita terhadap hukum bisa jadi masih sangat terbatas.
2. Bahaya Kesombongan Ilmu
Kesombongan adalah sifat yang sangat dibenci dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji sawi." (HR. Muslim). Merasa tahu dengan hukum tanpa dasar yang kuat bisa menjadikan seseorang sombong dan menolak kebenaran yang datang dari orang lain. Kesombongan ini akan menghalangi seseorang dari menerima ilmu yang lebih benar dan bermanfaat.
Sikap yang Tepat dalam Menyikapi Hukum
1. Mencari Ilmu dari Sumber yang Tepat
Untuk memahami hukum dengan benar, kita harus belajar dari sumber-sumber yang terpercaya dan kompeten. Dalam konteks hukum agama, belajar dari ulama yang memiliki sanad ilmu yang jelas sangatlah penting. Begitu juga dalam konteks hukum negara, belajar dari praktisi hukum yang berpengalaman dan memiliki kredibilitas adalah langkah yang bijak.
2. Berdiskusi dan Bermusyawarah
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bermusyawarah dalam mencari solusi atas permasalahan. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman, "Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (QS. Ali Imran: 159). Berdiskusi dengan orang yang lebih berilmu atau yang memiliki pandangan berbeda akan membantu kita memperluas pemahaman dan menghindari sikap merasa tahu sendiri.
3. Tawadhu' (Rendah Hati)
Tawadhu' adalah sikap rendah hati yang sangat dianjurkan dalam Islam. Sikap ini akan membuat kita selalu merasa perlu belajar dan tidak cepat puas dengan pengetahuan yang dimiliki. Rasulullah SAW adalah contoh terbaik dalam hal ini. Meskipun beliau adalah Nabi yang paling mulia dan berilmu, beliau selalu menunjukkan sikap tawadhu' dalam segala hal.
Dampak Negatif dari Sikap Merasa Tahu dengan Hukum
1. Meningkatkan Potensi Konflik
Orang yang merasa tahu dengan hukum cenderung sulit menerima pendapat orang lain, yang pada gilirannya dapat memicu konflik dan perpecahan. Dalam masyarakat, sikap ini bisa menimbulkan ketegangan dan perdebatan yang tidak sehat.
2. Menghambat Kemajuan Ilmu
Sikap merasa tahu akan membuat seseorang malas untuk terus belajar dan mencari ilmu baru. Hal ini akan menghambat kemajuan ilmu pengetahuan, baik bagi individu tersebut maupun bagi komunitasnya.
3. Merusak Kepercayaan Masyarakat
Jika seseorang yang merasa tahu dengan hukum memberikan informasi atau nasihat yang salah, hal ini dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap hukum dan otoritas yang ada. Masyarakat bisa menjadi skeptis dan tidak percaya pada aturan yang ada.
Kesimpulan
Menjadi orang yang merasa tahu dengan hukum adalah sikap yang harus dihindari. Sebagai manusia, kita harus menyadari keterbatasan pengetahuan kita dan selalu berusaha untuk belajar dan mencari kebenaran dari sumber yang tepat. Sikap rendah hati, tawadhu', dan terbuka terhadap pendapat orang lain adalah kunci untuk memahami hukum dengan lebih baik dan menghindari kesalahan dalam penerapannya. Dengan demikian, kita bisa menjadi individu yang lebih bijaksana dan bermanfaat bagi masyarakat.