Jauhilah Kebanyakan Prasangka: Sebuah Refleksi Berdasarkan QS. Al-Hujurat: 12
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali terjebak dalam prasangka terhadap orang lain. Entah itu karena perbedaan pandangan, perbedaan budaya, atau bahkan hanya karena ketidakpahaman kita terhadap tindakan orang lain. Allah SWT, melalui firman-Nya dalam QS. Al-Hujurat: 12, mengingatkan kita untuk menjauhi kebanyakan prasangka karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa.
1. Prasangka: Sebuah Perangkap yang Halus
Prasangka sering kali berawal dari pikiran yang muncul secara spontan, berdasarkan asumsi dan persepsi kita yang mungkin tidak akurat. Ketika kita berprasangka, kita cenderung melihat orang lain melalui lensa yang terdistorsi oleh ketidaktahuan, ketakutan, atau bahkan kebencian. Prasangka ini bisa merusak hubungan sosial dan menimbulkan permusuhan di antara sesama manusia. Allah mengingatkan bahwa sebagian prasangka adalah dosa, karena ia dapat mengarah pada perilaku yang tidak adil, menyakiti perasaan orang lain, dan memutus tali silaturahmi.
2. Mencari-cari Keburukan Orang: Sebuah Larangan Tegas
Selain menjauhi prasangka, Allah juga melarang kita untuk mencari-cari keburukan orang lain. Mencari-cari kesalahan orang lain adalah perilaku yang tidak hanya merugikan orang tersebut, tetapi juga merusak diri kita sendiri. Perilaku ini menumbuhkan sifat iri hati, dengki, dan kebencian, serta menjauhkan kita dari sifat kasih sayang dan pengampunan yang seharusnya kita miliki sebagai umat Muslim. Ketika kita fokus pada keburukan orang lain, kita kehilangan kesempatan untuk introspeksi dan memperbaiki diri.
3. Menggunjing: Sebuah Perumpamaan yang Menyentuh
Ayat ini kemudian memberikan perumpamaan yang sangat kuat tentang betapa menjijikkannya perbuatan menggunjing atau ghibah. Allah menggambarkan perbuatan menggunjing seperti memakan daging saudara sendiri yang telah mati. Bayangkan, betapa menjijikkannya tindakan tersebut! Perumpamaan ini menggambarkan bahwa menggunjing adalah tindakan yang sangat tercela dan merusak, baik bagi yang melakukannya maupun bagi korban ghibah. Dengan menggunjing, kita merusak reputasi orang lain dan menimbulkan luka yang mendalam di hati mereka.
4. Takwa dan Taubat: Jalan Menuju Kasih Sayang Allah
Allah kemudian mengingatkan kita untuk bertakwa, yaitu menjaga diri dari segala bentuk keburukan dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Takwa adalah benteng yang akan melindungi kita dari perilaku buruk seperti prasangka, mencari-cari keburukan orang lain, dan menggunjing.
Namun, Allah juga menutup ayat ini dengan mengingatkan bahwa Dia Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ini adalah pengingat bahwa meskipun kita mungkin telah terjebak dalam perilaku buruk tersebut, pintu taubat selalu terbuka bagi kita. Allah selalu siap menerima taubat hamba-Nya yang tulus dan berjanji akan memberikan kasih sayang dan ampunan-Nya.
Kesimpulan
QS. Al-Hujurat: 12 adalah peringatan yang sangat kuat bagi kita untuk menjaga hati dan lisan kita dari perilaku yang merusak. Prasangka, mencari-cari keburukan orang lain, dan menggunjing adalah perilaku yang tidak hanya merusak hubungan sosial tetapi juga mendatangkan dosa. Dengan bertakwa dan berpegang teguh pada ajaran Allah, kita bisa menjaga diri dari perilaku tersebut dan menjadi pribadi yang lebih baik. Allah SWT selalu membuka pintu taubat bagi hamba-Nya yang ingin memperbaiki diri, dan kasih sayang-Nya tak pernah habis bagi mereka yang bertakwa dan berusaha untuk selalu berada di jalan yang benar.