Kemuliaan, Qona'ah, Dan Tawadhu': Pilar-Pilar Kehidupan Yang Mulia
Dalam kehidupan manusia, terdapat nilai-nilai luhur yang menjadi fondasi dari kebahagiaan sejati. Di antara nilai-nilai tersebut, kemuliaan, qona’ah, dan tawadhu’ menempati tempat yang sangat penting. Sebuah ungkapan bijak mengatakan, “Kami dapati kemuliaan itu datang dari sifat takwa, qona’ah muncul karena yakin (pada apa yang ada di sisi Allah), dan kedudukan mulia didapati dari sifat tawadhu’.” Ungkapan ini menggambarkan tiga prinsip dasar yang saling berkaitan dan menjadi kunci bagi kehidupan yang penuh berkah.
1. Kemuliaan yang Diperoleh dari Takwa
Kemuliaan sejati dalam pandangan Islam bukanlah tentang status sosial, kekayaan, atau ketenaran. Sebaliknya, kemuliaan sejati diperoleh melalui takwa, yaitu kesadaran dan ketaatan yang tulus kepada Allah SWT. Takwa merupakan benteng yang menjaga manusia dari perbuatan dosa dan menjadikannya senantiasa berada di jalan yang diridhai Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu." (QS. Al-Hujurat: 13)
Takwa memberikan kehormatan yang tak ternilai karena menempatkan seseorang dalam pengawasan Allah. Seorang yang bertakwa akan meraih kemuliaan yang abadi, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.
2. Qona’ah yang Muncul dari Keyakinan
Qona’ah, atau rasa cukup, adalah sifat yang membuat seseorang merasa puas dengan apa yang telah Allah berikan. Sifat ini sangat penting dalam menghadapi kehidupan yang penuh dengan cobaan dan godaan. Qona’ah muncul dari keyakinan yang mendalam bahwa rezeki yang diberikan Allah adalah yang terbaik bagi kita. Ketika seseorang yakin pada ketetapan Allah, ia tidak akan terjebak dalam keserakahan atau iri hati terhadap apa yang dimiliki orang lain.
Orang yang memiliki sifat qona’ah akan hidup dalam ketenangan batin, terhindar dari kecemasan yang disebabkan oleh keinginan duniawi yang berlebihan. Mereka percaya bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada seberapa banyak yang dimiliki, melainkan pada bagaimana kita mensyukuri dan memanfaatkan apa yang ada.
3. Kedudukan Mulia dari Tawadhu’
Tawadhu’ atau rendah hati adalah sifat yang menjadikan seseorang dekat dengan Allah dan dicintai oleh sesama manusia. Kedudukan mulia dalam Islam bukan didasarkan pada kesombongan atau keangkuhan, melainkan pada kerendahan hati. Nabi Muhammad SAW, sebagai teladan utama, menunjukkan bagaimana tawadhu’ membawa seseorang ke puncak kemuliaan.
"Barangsiapa merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan meninggikan derajatnya." (HR. Muslim)
Sifat tawadhu’ menjadikan seseorang dihormati bukan karena kekuasaannya, melainkan karena akhlaknya. Orang yang tawadhu’ tidak merasa lebih baik dari orang lain, bahkan sebaliknya, ia selalu mencari kekurangan dalam dirinya untuk diperbaiki.
Penutup
Kemuliaan, qona’ah, dan tawadhu’ adalah tiga pilar utama yang menjadikan hidup seseorang penuh makna dan berkah. Ketika seseorang mampu menerapkan ketiganya dalam kehidupan sehari-hari, ia akan meraih kebahagiaan yang hakiki. Tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk senantiasa bertakwa, merasa cukup dengan apa yang Allah berikan, dan selalu rendah hati dalam setiap langkah kita.