Malam 1 Suro: Tradisi Dan Perspektif Islam

09 Jul 2024

Malam 1 Suro, juga dikenal sebagai malam hari sebelum 1 Muharram, adalah awal bulan pertama dalam kalender Jawa. Dalam kalender Islam, Malam 1 Suro bertepatan dengan 1 Muharram, yang merupakan tahun baru Islam.

Tradisi Malam 1 Suro di Masyarakat Jawa

Dalam masyarakat Jawa, Malam 1 Suro dianggap sebagai malam yang sakral dan penuh rahmat. Berbagai tradisi dan ritual dilakukan pada malam tersebut, seperti pawai obor atau iring-iringan, kirab atau iring-iringan, dan Tapa Bisu. Tradisi ini diyakini menjadi media untuk perenungan diri serta untuk mendekatkan diri dengan sang pencipta.

Perspektif Islam tentang Malam 1 Suro

Dalam perspektif Islam, Malam 1 Suro memang berpedoman pada nilai-nilai keagamaan umat Islam. Kesakralan bulan Suro ini rupanya memiliki pengaruh terhadap adanya pantangan pada aspek pernikahan, hajatan atau lainnya agar tidak dilaksanakan di momen tersebut. Umat Islam di Jawa pada saat mulai mengenal tradisi Satu Suro, memiliki anggapan bahwa bulan Suro atau Muharram adalah bulan yang suci dan penuh rahmat.

Namun, perlu dipahami bahwa Malam 1 Suro ini pada dasarnya memang berpedoman pada nilai-nilai keagamaan umat Islam, sehingga dalam pelaksanaan tradisinya juga dilengkapi dengan norma hingga tujuan untuk mencari keberkahan.

Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, Malam Satu Suro atau dikenal juga dengan suroan, diidentikan juga dengan suatu upacara yang dilakukan secara berkumpul di dalam masjid. Selain itu, Satu Suro juga termasuk salah satu hari yang sakral yang masih dipertahankan hingga saat ini serta dipercaya melalui tradisi dan ritual yang dilaksanakan di malam tersebut akan membawa keberkahan dan kebaikan bagi masyarakat.

Kesimpulan

Malam 1 Suro adalah tradisi yang sakral dan penuh rahmat dalam masyarakat Jawa dan Islam. Berbagai tradisi dan ritual dilakukan pada malam tersebut untuk mencari keberkahan dan kebaikan. Dalam perspektif Islam, Malam 1 Suro memang berpedoman pada nilai-nilai keagamaan umat Islam dan diyakini menjadi media untuk perenungan diri serta untuk mendekatkan diri dengan sang pencipta.