Shalat Yang Menjaga Waktu Dan Rukun, Tetapi Gagal Mencegah Kemungkaran
Shalat adalah ibadah yang memiliki kedudukan sangat tinggi dalam Islam. Allah SWT memerintahkan kaum Muslimin untuk menjaga waktu shalat dan menunaikannya dengan penuh khusyu’. Dalam banyak ayat Al-Qur'an dan hadith, disebutkan bahwa shalat adalah tiang agama dan ibadah yang paling pertama dihisab di hari kiamat. Namun, apa yang terjadi ketika shalat dilakukan dengan menjaga waktu dan rukun-rukunnya, tetapi hanya dalam aspek lahiriah saja, sementara dampaknya dalam mencegah perbuatan mungkar tidak dirasakan?
Memahami Makna Shalat
Shalat bukan sekadar gerakan fisik dan bacaan tertentu. Ia adalah komunikasi langsung antara hamba dan Tuhannya, tempat seorang Muslim menundukkan diri, mengakui kelemahan, dan memohon petunjuk serta kekuatan. Shalat yang dilakukan dengan benar seharusnya memiliki dampak yang signifikan dalam kehidupan seseorang, yaitu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar." (QS. Al-Ankabut: 45)
Namun, jika shalat hanya dipahami dan dilaksanakan sebagai ritual formal tanpa menjiwai maknanya, maka ia akan kehilangan esensinya.
Menjaga Waktu dan Rukun Shalat
Ada tingkatan di mana seseorang telah mencapai kesadaran untuk selalu menjaga waktu shalat dan mempelajari syarat serta rukunnya. Ia tidak meninggalkan shalat, memastikan wudhunya sah, dan melaksanakan gerakan serta bacaan sesuai dengan tuntunan syariat. Namun, perhatian tersebut terbatas pada aspek lahiriah semata. Ketaatan kepada aturan-aturan syariat seperti menjaga waktu shalat dan rukun-rukunnya sangat penting, tetapi itu hanya sebagian dari keseluruhan ibadah shalat.
Aspek Lahiriah vs. Aspek Batiniah
Aspek lahiriah shalat, yaitu gerakan fisik dan bacaan, memang harus dilaksanakan dengan benar sesuai dengan syariat. Namun, yang lebih penting adalah aspek batiniah, yaitu kehadiran hati, kekhusyukan, dan kesadaran penuh akan kehadiran Allah selama shalat. Ketika shalat hanya dilakukan secara lahiriah tanpa disertai dengan kekhusyukan dan penghayatan, maka ia tidak akan mampu memberikan dampak signifikan dalam kehidupan seseorang.
Shalat yang tidak disertai dengan kehadiran hati dan penghayatan mendalam akan sulit untuk mencegah seseorang dari perbuatan mungkar. Meskipun ia rajin menjaga waktu dan rukun shalatnya, namun jika hatinya tidak hadir dan tidak memahami makna dari setiap bacaan dan gerakan, maka shalat tersebut tidak akan menjadi benteng yang kuat dari perbuatan dosa.
Mengapa Shalat Tidak Mencegah Kemungkaran?
Ada beberapa alasan mengapa shalat yang dilakukan secara lahiriah tidak mampu mencegah perbuatan mungkar:
-
Ketiadaan Khusyuk: Khusyuk adalah inti dari shalat. Tanpa khusyuk, shalat menjadi sekadar ritual fisik tanpa jiwa. Shalat yang tidak khusyuk sulit untuk menanamkan rasa takut kepada Allah dan kesadaran akan dosa dalam hati seseorang.
-
Tidak Menghayati Makna Shalat: Bacaan-bacaan dalam shalat mengandung doa, permohonan ampun, dan pengakuan kelemahan manusia di hadapan Allah. Jika seseorang tidak memahami dan menghayati makna dari bacaan tersebut, maka shalatnya tidak akan membawa perubahan dalam perilaku.
-
Tidak Konsisten dalam Beramal: Shalat seharusnya menjadi pusat dari segala amal kebaikan. Jika seseorang hanya berfokus pada shalat sebagai ritual tanpa menghubungkannya dengan amal kebaikan lainnya, maka shalatnya tidak akan memberikan pengaruh yang diharapkan.
-
Tidak Ada Usaha Meningkatkan Kualitas Shalat: Jika seseorang tidak berusaha untuk meningkatkan kualitas shalatnya, baik dari segi khusyuk maupun pemahaman terhadap bacaan, maka ia akan tetap berada pada level shalat yang formalistik tanpa pengaruh dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan
Shalat yang mampu mencegah seseorang dari perbuatan mungkar adalah shalat yang tidak hanya menjaga aspek lahiriahnya, tetapi juga memperhatikan aspek batiniahnya. Shalat yang khusyuk dan dihayati maknanya akan membawa pengaruh besar dalam kehidupan seseorang, menjadi benteng yang kuat dari segala bentuk kemaksiatan. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk terus meningkatkan kualitas shalatnya, baik dari segi menjaga waktu, rukun, dan syaratnya, maupun dalam hal khusyuk dan penghayatan terhadap makna shalat.