Tafsir Al-Kahfi Ayat 83-101: Kisah Dzulqarnain

25 Jul 2024

Surah Al-Kahfi adalah surah ke-18 dalam Al-Quran yang berisi 110 ayat. Di antara ayat-ayat tersebut, ayat 83 hingga 101 menceritakan kisah Dzulqarnain, seorang raja yang adil dan bijaksana. Kisah ini mengandung banyak pelajaran tentang kepemimpinan, keadilan, dan keimanan kepada Allah SWT.

Ayat 83-84: Perintah untuk Menceritakan Kisah Dzulqarnain

"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah, 'Aku akan bacakan kepadamu cerita tentang dia.' Sesungguhnya Kami telah memberi kedudukan kepadanya di bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu."

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menceritakan kisah Dzulqarnain. Dzulqarnain adalah seorang raja yang diberi kekuasaan besar di bumi dan diberi jalan untuk mencapai segala sesuatu yang dia butuhkan untuk menjalankan tugasnya sebagai pemimpin yang adil.

Ayat 85-88: Perjalanan ke Barat

"Maka dia pun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari (barat), dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ satu kaum. Kami berkata, 'Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.' Dia berkata, 'Adapun orang yang zalim, maka kami akan mengazabnya, kemudian dia akan dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang sangat keras. Adapun orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan kami akan menyuruhnya mengerjakan perintah yang mudah baginya.' "

Dalam perjalanannya ke arah barat, Dzulqarnain menemukan matahari terbenam di laut yang berlumpur hitam. Di sana, dia bertemu dengan suatu kaum dan diberi pilihan oleh Allah untuk menyiksa atau berbuat baik kepada mereka. Dzulqarnain memutuskan untuk memberikan hukuman kepada yang zalim dan memberikan pahala kepada yang beriman dan beramal saleh.

Ayat 89-91: Perjalanan ke Timur

"Kemudian dia menempuh jalan yang lain. Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (timur), dia mendapati matahari terbit menyinari suatu kaum yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu. Demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya."

Dalam perjalanannya ke arah timur, Dzulqarnain menemukan suatu kaum yang hidup tanpa perlindungan dari matahari. Kisah ini menunjukkan bagaimana Dzulqarnain melanjutkan perjalanannya untuk menyebarkan keadilan dan kebaikan di seluruh penjuru dunia.

Ayat 92-97: Membangun Tembok untuk Menghalangi Ya'juj dan Ma'juj

"Kemudian dia menempuh jalan yang lain (lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua gunung, dia mendapati di hadapannya suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, 'Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu supaya kamu membuatkan dinding antara kami dan mereka?' Dzulqarnain berkata, 'Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku adalah lebih baik, maka bantulah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka. Berilah aku potongan-potongan besi.' Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain, 'Tiuplah (api itu).' Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, 'Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan ke atas besi panas itu.' Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya."

Dzulqarnain kemudian sampai di antara dua gunung dan menemukan kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka meminta bantuan untuk membangun dinding yang akan melindungi mereka dari serangan Ya'juj dan Ma'juj, dua suku yang membuat kerusakan di bumi. Dzulqarnain setuju untuk membantu dengan meminta bantuan tenaga kerja dan bahan-bahan dari kaum tersebut. Dia berhasil membangun dinding yang kuat dari besi dan tembaga, sehingga Ya'juj dan Ma'juj tidak bisa mendaki atau melubanginya.

Ayat 98-101: Peringatan tentang Hari Kiamat

"Dzulqarnain berkata, 'Ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar.' Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya. Dan Kami tampakkan neraka Jahanam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas, yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar."

Dzulqarnain mengakui bahwa keberhasilannya adalah rahmat dari Allah dan memperingatkan bahwa dinding tersebut akan hancur saat datangnya janji Allah. Pada hari kiamat, Ya'juj dan Ma'juj akan dilepaskan dan bercampur aduk di bumi. Ketika sangkakala ditiup, semua manusia akan dikumpulkan, dan neraka Jahanam akan ditampakkan dengan jelas kepada orang-orang kafir yang menutup mata dan telinga dari tanda-tanda kebesaran Allah.

Pelajaran dari Kisah Dzulqarnain

Kisah Dzulqarnain mengandung banyak pelajaran berharga, di antaranya:

  1. Keadilan dalam Kepemimpinan: Dzulqarnain menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus adil dan bijaksana dalam memberikan hukuman dan pahala.
  2. Keimanan dan Ketaqwaan: Keberhasilan dan kekuasaan yang diberikan kepada Dzulqarnain adalah rahmat dari Allah, mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan bertaqwa kepada-Nya.
  3. Kepedulian terhadap Orang Lain: Dzulqarnain membantu kaum yang meminta perlindungan dari Ya'juj dan Ma'juj, menunjukkan pentingnya kepedulian dan tanggung jawab sosial.
  4. Peringatan tentang Hari Kiamat: Kisah ini mengingatkan kita tentang datangnya hari kiamat dan pentingnya mempersiapkan diri dengan keimanan dan amal saleh.

Semoga kisah Dzulqarnain dalam Surah Al-Kahfi ayat 83-101 dapat menjadi sumber inspirasi dan pelajaran bagi kita semua dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan.