Toleransi Yang Diteladankan Umar Bin Khattab Saat Di Palestina
Umar bin Khattab, salah satu khalifah yang paling dihormati dalam sejarah Islam, dikenal tidak hanya karena keadilannya tetapi juga karena kebijakan toleransinya yang luar biasa, terutama saat ia menaklukkan Yerusalem di Palestina. Kejadian ini terjadi pada tahun 638 Masehi, ketika Umar memimpin ekspansi Muslim ke wilayah tersebut dan berhasil mengambil alih Yerusalem dari kekuasaan Bizantium.
Latar Belakang Sejarah
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, kekhalifahan Islam mulai berkembang pesat di bawah kepemimpinan para khalifah. Umar bin Khattab, yang menjadi khalifah kedua setelah Abu Bakar, memainkan peran kunci dalam memperluas wilayah kekuasaan Islam. Salah satu penaklukannya yang paling terkenal adalah kota Yerusalem.
Yerusalem merupakan kota suci bagi tiga agama besar dunia: Islam, Kristen, dan Yahudi. Penaklukan kota ini menjadi ujian bagi kebijaksanaan dan kepemimpinan Umar dalam menjaga perdamaian dan kerukunan antarumat beragama.
Perjanjian Umar
Salah satu tindakan pertama Umar setelah memasuki Yerusalem adalah membuat perjanjian dengan penduduknya. Perjanjian ini, yang dikenal sebagai Perjanjian Umar, menjadi contoh nyata dari toleransi dan penghormatan terhadap hak-hak orang yang berbeda agama. Beberapa poin penting dalam perjanjian tersebut adalah:
-
Kebebasan Beragama: Umar menjamin kebebasan beragama bagi semua penduduk Yerusalem. Mereka diperbolehkan menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan mereka tanpa ada paksaan untuk memeluk Islam.
-
Keamanan dan Perlindungan: Umar memastikan keamanan bagi penduduk Yerusalem, baik Muslim maupun non-Muslim. Ia berjanji melindungi mereka dari gangguan dan kekerasan.
-
Pemeliharaan Tempat Ibadah: Tempat-tempat ibadah, baik gereja maupun sinagoga, dijaga dan dilindungi. Tidak ada yang diperbolehkan merusak atau mengganggu tempat-tempat suci ini.
Sikap Umar yang Inspiratif
Sikap toleransi dan keadilan Umar tercermin dalam berbagai kisah yang mengelilingi penaklukannya atas Yerusalem. Salah satu kisah yang terkenal adalah ketika Umar menolak untuk shalat di dalam Gereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre). Ketika waktu shalat tiba, Patriarkh Sofronius, pemimpin gereja tersebut, menawarkan Umar untuk shalat di dalam gereja. Namun, Umar menolak dengan alasan khawatir bahwa umat Muslim di masa depan akan menjadikan gereja tersebut sebagai masjid hanya karena Umar pernah shalat di sana. Sebagai gantinya, Umar shalat di luar gereja, dan hingga kini tempat tersebut dikenal sebagai Masjid Umar.
Pengaruh dan Warisan
Kebijakan toleransi Umar di Yerusalem tidak hanya mengamankan dukungan penduduk lokal tetapi juga menciptakan suasana damai yang bertahan lama. Warisan kebijaksanaannya dalam memimpin dengan adil dan penuh toleransi diakui oleh banyak sejarawan, baik Muslim maupun non-Muslim.
Tindakan dan kebijakan Umar bin Khattab saat di Palestina menjadi teladan bagi kepemimpinan yang mengedepankan kemanusiaan, toleransi, dan perdamaian. Nilai-nilai ini tetap relevan dan menjadi inspirasi bagi dunia modern dalam menghadapi tantangan kerukunan antarumat beragama.
Kesimpulan
Umar bin Khattab, dengan kebijaksanaannya, telah menunjukkan bahwa kekuatan dan keberanian dalam memimpin tidak harus disertai dengan pemaksaan dan kekerasan. Melalui Perjanjian Umar dan tindakan-tindakan toleransinya di Palestina, ia membuktikan bahwa kepemimpinan yang baik adalah yang mampu merangkul semua golongan dengan keadilan dan kasih sayang. Toleransi yang diteladankan Umar bin Khattab adalah warisan berharga yang patut dijaga dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, guna menciptakan dunia yang damai dan harmonis.